Dinsdag 30 April 2013

Laporan Magang di Kebun Kelapa Sawit PT. Kartika Prima Cipta


Laporan Magang
Aplikasi Herbisida pada Tanaman Menghasilkan di Kebun Kelapa Sawit Divisi III Muara Tawang Estate   PT. Kartika Prima Cipta di Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu


Oleh
M.Alhuzaifi (C51109129)


Prodi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cerah. Komoditi kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat dihandalkan, karena minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak mentah (CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO dan KPO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif atau minyak diesel, (Sayono; 2003).
Seiring dengan pesatnya perkembangan tanaman kelapa sawit dan permintaan bahan baku yang cukup tinggi, maka salah satu faktor penunjang yang sangat diperlukan dalam perusahaan adalah perluasan areal tanam dan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perkebunan inti rakyat dalam upaya dan tujuan pemerintah untuk meningkatkan devisa negara. Menyadari betapa pentingnya pembangunan jangka panjang dibidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara bidang pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan kelapa sawit oleh pemerintah secara besar – besaran melakukan kerja sama dengan pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta antara lain dengan PT. Kartika Prima Cipta Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.
Pemeliharaan dilakukan untuk memperoleh hasil produksi kelapa sawit sesuai dengan yang diinginkan, pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharaan pembibitan kelapa sawit, pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan pembibitan kelapa sawit sangat mempengaruhi pada tingkat keberhasilan suatu perusahaan perkebunan. Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma, penyemprotan hama dan penyakit, konsolidasi, dan pembuatan parit antar bedengan.
Mahasiswa merupakan bagian integral dari generasi muda yang termasuk ke dalam masyarakat, dan Fakultas Pertanian merupakan bagian integral dari Universitas Tanjungpura. Melalui program studi S1 Agroteknologi Budidaya Pertanian menetapkan suatu kebijakan dalam progam akademiknya. Kebijakannya adalah menyelenggarakan Praktik Magang yang diwajibkan kepada mahasiswa yang menyelesaikan mata kuliah dan kegiatannya dilakukan selama 2 bulan. Usaha ini dilakukan bukan hanya untuk memberikan pengetahuan yang bersifat teoritis tapi juga disertai pengetahuan praktis dan keterampilan di lapangan.
Setelah melakukan Praktik Magang, diharapkan mahasiswa dapat menelaah, mempelajari, memahami, dan mengembangkan daya pikir serta dapat mencari alternatif permasalahan yang ada dilapangan sehingga menjadi terampil dan berpengalaman dibidang perkebunan. Melalui Praktik Magang ini diharapkan akan tercipta hubungan yang baik antara PT. Kartika Prima Cipta Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu dan lembaga integral Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.







B.  Tujuan Praktek Magang
1.    Tujuan Umum
Pelaksanakan kegiatan magang, mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan magang di PT. Kartika Prima Cipta Estate Muara Tawang Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu adalah :
a.    Sebagai studi banding antara teori yang didapatkan di bangku kuliah dengan pelaksanaan teknis di lapangan dan melatih mahasiswa dalam mengintegritaskan diri dengan masyarakat disekitar lokasi magang.
b.    Mendewasakan pola cara berpikir  dan meningkatkan daya nalar mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis agronomis perkebunan kelapa sawit di lapangan secara ilmiah dan melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan langsung di lapangan.
c.    Bagi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dapat meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dengan memperoleh masukan melalui mahasiswa yang melaksanakan kegiatan magang.

2.    Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
a.    Mempelajari tahap – tahap penyemprotan herbisida dalam mengendalikan gulma pada tanaman menghasilkan (TM) di kebun kelapa sawit yang dilaksanakan di PT. Kartika Prima Cipta Estate Muara Tawang, sebagai bahan perbandingan antara cara aplikasi herbisida di lapangan dengan aplikasi herbisida menurut teori.
b.    Mengetahui dan mempelajari teknik–teknik mengendalikan gulma dikebun kelapa sawit serta dapat memberikan sumbangan gagasan, ide maupun solusi dalam pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Kartika Prima Cipta Estate Muara Tawang Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu dalam kaitannya dengan pengendalian gulma dikebun kelapa sawit.


C.  Permasalahan
1.    Eksistensi gulma.
Keberadaan gulma selalu menjadi masalah karena harus dikendalikan secara berkala dan terus menerus, hal inilah yang mengharuskan dilakukan pengendalian yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis dari gulma tersebut.
2.    Topografi  yang miring dan dan berbukit.
            Topografi  yang miring dan dan berbukit menyebabkan para pekerja sulit untuk mendapatkan suplai air yang sesuai untuk aplikasi herbisida karena semakin tinggi bukit maka akan semakin jauh dari sumber air dan air yang tersedia di atas daerah bukit ketersediaannya terbatas dan kurang memadai.

3.    Cara pengaplikasian herbisida yang kurang tepat.

            Cara pengaplikasian herbisida yang kurang tepat ini disebabkan kurangnya pengawasan dari mandor dan kurangnya pemahaman para pekerja akan cara aplikasi herbisida yang baik dan benar di kebun kelapa sawit.

 

D.  Metode Pendekatan
Pelaksanakan kegiatan magang ini digunakan beberapa metode pendekatan yaitu :
1.    Observasi Lapangan
Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui kegiatan aktualnya yang berhubungan dengan aplikasi herbisida dikebun kelapa sawit.
2.    Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan dialog kepada Manager Estate, Asisten Kepala (ASKEP), Asisten Divisi, Mandor, Krani, serta buruh yang bekerja di PT. Kartika Prima Cipta Estate Muara Tawang Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.
3.    Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara pengambilan gambar tentang kegiatan–kegiatan yang ada di lapangan, yang berkaitan dengan teknik aplikasi herbisida dikebun kelapa sawit.
4.    Studi Pustaka.
Metode ini dilakukan untuk memperkuat laporan magang melalui referensi buku–buku yang berkaitan dengan kegiatan di lapangan dan di kantor, serta pencatatan data–data pada kantor Divisi dan kantor Sentral PT. KPC.





















BAB II
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK LAPANGAN

A.  Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan
            PT Kartika Prima Cipta (KPC) didirikan pada tanggal 16 November 2005 di hadapan Notaris Hardinawanti Surodjo, S.H. di Jakarta dengan Akta Notaris No. 16. Susunan pengurus perusahaan terdiri dari Direksi dan Komisaris perusahaan, beralamat Kantor Pusat di Jembatan III Barat Blok E No. 9, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Anggaran dasar perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI No. C-26928 HT.01.01.TH.2004, tanggal 27 Oktober 2004 dengan NPWP No. 02.574.598.5-041.000. Perusahaan didirikan untuk melaksanakan berbagai bidang usaha antara lain bidang perkebunan, perdagangan umum, distributor dan lain-lain. Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu tentang dispensasi pembukaan lahan pembibitan dan land clearing No. 525/70/Disperhut/Bun-A tanggal 18 Januari 2007.
            Pembukaan lahan kebun dilakukan melalui negosiasi antara pemilik hak tradisional dengan PT KPC, hanya saja proses negosiasi tersebut dilakukan secara lisan, belum dituangkan dalam bentuk tertulis, namun kesepakatan akhir dari hasil proses negosiasi tersebut terdokumentasi secara tertulis dalam bentuk Berita Acara Kesepakatan. Sebelum proses negosisasi dilakukan antara pihak PT KPC dengan warga masyarakat, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Dusun yang berada dalam areal konsesi setelah berkoordinasi terlebih dahulu dengan aparat pemerintah setempat. Materi sosialisasi yang disampaikan meliputi: tujuan dan manfaat pembangunan kebun kelapa sawit, manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat jika menyerahkan lahan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit, dan kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah secara umum.

                        Setelah perusahaan melakukan sosialisasi, masyarakat diberikan kesempatan dan tenggang waktu terutama anggota masyarakat yang mempunyai lahan untuk memikirkan apakah mau bergabung atau tidak bergabung dengan PT KPC. Bagi masyarakat yang berminat bergabung dapat mendaftar langsung untuk ikut secara sukarela dan jika tidak berminat, masyarakat tidak dipaksa untuk bergabung, dan lahan tersebut akan menjadi enclave. Sosialisasi tingkat kabupaten telah dilaksanakan pada bulan Maret 2007, dilanjutkan dengan sosialisasi tingkat kecamatan yaitu Kecamatan Semitau dan Selimbau pada bulan April 2007 dan Kecamatan Suhaid pada bulan Agustus 2007. Sosialisasi tingkat desa dalam wilayah Kecamatan Suhaid dilaksanakan pada bulan Juli 2007 di Desa Mantan dan Menapar serta bulan Agustus 2007 di Desa Mensusai.
            Masyarakat sangat mengenal dan tahu secara pasti siapa yang pertama-kali membuka dan mengelola lahan tersebut baik dengan menanam tanaman pangan maupun tanaman tahunan. Terdapat kesepakatan diantara warga bahwa siapa yang membuka wilayah hutan yang belum pernah dimasuki oleh orang lain maka lahan tersebut menjadi milik warga yang bersangkutan. Jika ada warga lain yang ingin melakukan kegiatan pada lahan tersebut (berladang, meramu  atau berburu) maka harus meminta ijin terlebih dahulu kepada yang bersangkutan. Apabila telah disepakati penerimaan lahan dari masyarakat kepada perusahaan maka besarnya ganti-rugi atau istilah lokalnya “Simpak Beliung” atau balas jasa yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pemilik lahan dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati, biasanya di rumah pemilik atau beberapa warga berkumpul di salah satu rumah warga yang disepakati, dengan proses seperti itu dan adanya surat-surat  keputusan dari bupati kapuas hulu, maka terbukalah perizinan lahan.






B.  Letak dan Luas Wilayah
                        Kebun kelapa sawit PT KPC Muara Tawang Estate terletak di kecamatan Semitau, Desa Semitau Hulu dan kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibu kota kabupatennya Putussibau. Kecamatan Suhaid terdiri atas 8 desa dengan luas wilayah 74.484 Ha, 4 desa diantaranya masuk dalam areal konsesi PT KPC yaitu Desa Mensusai, Kerangas, Mantan dan Nanga Suhaid. Luas wilayah kebun muara tawang estate sampai tahun 2012 dari divisi 1,2,3 dan 4 adalah 2500 ha lebih, belum diketahui secara pasti karena adanya pembukaan lahan baru.
                        Batas wilayah PT. KPC Muara Tawang Estate yaitu Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Baru dan Kampung Masjid, Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Selimbau, Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Selimbau, Sebelah barat berbatasan dengan Desa Semitau Hilir.

C.  Tanah dan Tofografi
                        Jenis tanah yang tedapat di kebun Muara Tawang Estate PT. KPC yang lebih dominan adalah tipe Podsolit Merah Kuning ( PMK), dimana jenis tanah ini dikenal dengan kesuburan tanahnya yang rendah. Tanah jenis PMK umunya mempunyai solum yang dalam yaitu ± 120 cm sedangkan lapisan bahan organiknya sangat tipis ± 10 cm dengan bahan induk dari batuan beku dan endapan dengan komposisi perbandingan pasir 20%, debu 10-49% dan liat 20-50%. Jenis tanah yang lainnya adalah tanah gambut, tetapi sedikit sekali tanah gambut yang ditanam karena syarat penanaman untuk tanah gambut tidak memenuhi peraturan menteri pertanian.
              Gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi lebih dari 65% yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang terhambat proses dekomposisinya karena suasana anaerob dan basah. Keterbatasan ketersediaan lahan menyebabkan pengusahaan budidaya kelapa sawit dilakukan juga di lahan gambut dengan memenuhi kriteria yang dapat menjamin kelestarian fungsi lahan gambut, yaitu: (a) diusahakan hanya pada lahan masyarakat dan kawasan budidaya, (b) ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 meter,
(c) substratum tanah mineral di bawah gambut bukan pasir kuarsa dan bukan tanah sulfat masam; (d) tingkat kematangan gambut saprik (matang) atau hemik (setengah matang); dan (e) tingkat kesuburan tanah gambut eutropik, (2009.Peraturan Menteri Pertanian).
            Keadaan umum topografi di kebun Muara Tawang Estate berupa perbukitan, dataran rendah seperti rawa, tanah bergelombang, dan tanah datar. Jenis tanah meliputi tanah gambut, tanah mineral dan tanah PMK .

D.  Iklim
                        Kabupaten Kapuas Hulu beriklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 22,9oC sampai 31,05oC dengan suhu rata-rata siang harinya adalah 29oC curah hujan cukup besar menyebabkan sering terjadi banjir musiman dan proses pencucian tanah berlangsung dengan cepat.

E.  Keadaan Penduduk
                        Kondisi kependudukan dari kecamatan dan desa yang sudah ada kegiatan perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.    Kecamatan Suhaid terdiri atas 8 desa dengan luas wilayah 74.484 Ha, 4 desa diantaranya masuk dalam areal konsesi PT KPC yaitu Desa Mensusai, Kerangas, Mantan dan Nanga Suhaid. Jumlah penduduk yang berada pada 4 Desa yang masuk dalam areal konsesi perusahaan adalah 7.545 jiwa atau 30,31% dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Suhaid.
b.    Kecamatan Semitau terdiri atas 8 Desa, namun hanya 1 Desa yang masuk dalam areal konsesi perusahaan yaitu Desa Semitau Hulu dengan jumlah penduduk sebesar 2.070 jiwa atau 27,10% dari 7.641 jiwa penduduk kecamatan. Suku yang dominan di areal konsesi perusahaan PT KPC adalah Suku Dayak dan Melayu. Suku Melayu beragama Islam sebagian besar tinggal di Desa Nanga Suhaid dan Desa Semitau Hulu, sedangkan Suku Dayak beragama Kristen (Katolik dan Protestan) tinggal di Desa Mantan, Menapar, Mensusai dan Kerangas.

F.   Struktur Organisasi Perusahaan.
                        Struktur organisasi di lapangan adalah sebagai berikut.


Estate Manager (EM)

Asisten Divisi

Mandor

Karyawan

Mandor 1

Asisten Kepala (ASKEP)

Regional Controler (RC)
 















Gambar 1. Struktur Organisasi PT. KPC Kecamatan suhaid Kabupaten Kapuas    Hulu.
            Perusahaan perkebunan PT KPC dipimpin oleh seorang Regional Controller (RC) yang bertugas sebagai pengelolaan dan pengembangan perkebunan. Untuk pembantu RC yang berkaitan dengan kegiatan operasional dilapangan dibantu oleh Estate Manager (EM), Kegiatan operasional lapangan pada tiap-tiap wilayah kebun dipimpin oleh seorang EM yang membawahi Kepala divisi kebun. Setiap kepala divisi kebun dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh beberapa Asisten Divisi yang tugasnya menangani dan memimpin petugas pengawas lapangan pada tiap-tiap Divisi, kemudian dibawahnya terdiri dari Mandor 1 yang mengawasi semua mandor pada Divisi tersebut dan setiap mandor membimbing dan mengawasi pekerjaan dari setiap karyawan anggotanya, fungsi mandor adalah mengawasi, mengatur dan mengarahkan para karyawan kebun tentang kegiatan-kegiatan dilapangan serta memberikan masukan kepada atasan mengenai situasi yang terjadi dilapangan terutama yang berhubungan dengan teknis dan kinerja para karyawan.
G. Visi dan Misi
1.    Visi Perusahaan
                        Menjadi perusahaan perkebunan yang kompetitif di bidangnya dengan produk berkualitas internasional, dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
2.    Misi Perusahaan
a.    Menciptakan sumber daya manusia yang terlatih
b.    Menggunakan bibit tanaman yang berkualitas
c.    Melaksanakan pemeliharaan yang terencana

H.  Tenaga Kerja
                        Adanya tenaga kerja di perusahaan PT.KPC akan mempermudah lancarnya suatu pekerjaan, sehingga terciptanya hubungan kerja sama dan informasi yang baik antar tenaga kerja. Tenaga kerja di PT.KPC terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita yang terdiri dari SKU dan Tenaga Kerja Harian. Tenaga kerja berasal dari macam daerah, ada berasal dari kecamatan Suhaid, Kecamatan Semitau, Tenaga Kerja berasal dari KALBAR, dan tenaga kerja yang berasal dari luar kalimantan seperti Jawa dan NTT.




BAB III
PELAKSANAAN MAGANG

A.  Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
            Praktek  magang ini dilaksanakan selama 2 bulan lebih dari tanggal 23 Juli 2012 sampai dengan 23 September 2012.  Lokasi magang dilaksanakan di Kebun Inti estate Muara Tawang PT. Kartika Prima Cipta yaitu suatu perkebunan sawit yang terletak di Desa Mantan Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.

B.  Metode Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang ini melibatkan mahasiswa untuk melakukan seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan. beberapa metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang diantaranya :
1.    Observasi
Sebelum terjun ke lapangan, mahasiswa magang berkesempatan untuk mempelajari terlebih dahulu teori tentang teknis lapangan sebelum langsung mengamati dan mempraktekkan bagaimana cara kerja praktek teknis di lapangan.
2.    Praktek
            Para mahasiswa magang langsung mempraktekkan dilapangan apa yang sedang dilaksanakan di perkebunan tersebut dengan diarahkan oleh Asisten Divisi atau Mandor yang mendampingi.
3.    Diskusi
                        Selama pelaksanaan praktek magang mahasiswa  melakukan diskusi baik dengan rekan-rekan sesama  kelompok magang maupun dengan asisten, mandor maupun dengan para pekerja dikebun kelapa sawit selama pelaksanaan kegiatan magang berlangsung.

C.  Kegiatan di Lapangan
            Kegiatan di lapangan adalah  seluruh rangkaian kegiatan  kebun yang ada dan sedang berlangsung di PT. Kartika Prima Cipta estate Muara Tawang Suhaid adapun kegiatannya adalah :
1.    Kegiatan di Areal Pembibitan
Mahasiswa terjun lansung ke areal pembibitan untuk melihat, mempelajari dan menguasai berbagai hal yang berkaitan dengan teknik pembibitan dan pemeliharaan serta perawatannya. kegiatan di pembibitan dibagi menjadi 2 lokasi kegiatan yaitu di areal Pre nursery dan Main nursery.
Kegiatan di areal Pre nursery meliputi: penyiapan lahan pembibitan, persiapan media tanam, pembuatan naungan dan pagar, penanaman kecambah, pemasangan klerat, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pembukaan naungan, penyemprotan pestisida dan sensus atau sortir bibit.
            Kegiatan di areal main nursery meliputi: persiapan lahan¸ pengisian polybag, penanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengikatan pelepah dan sortir bibit.
2.    Kegiatan di Areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
            Kegiatan praktek yang dilakukan diareal TBM diantaranya konsolidasi, penyisipan, garuk piring, pembuatan tapak kuda, penanaman kacangan (Leguminosa cover crop), pemupukan, pengendalian hama penyakit serta pemeliharaan jalan, parit dan drainase.

a.    Konsolidasi
            Konsolidasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merehabilitasi tanaman yang baru ditanam. Kesalahan tanam biasanya disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru dan kurangnya pengawasan sehingga mengakibatkan kerusakan tanaman, kelambatan atau kelainan pertumbuhan bibit yang ditanam.
Kegiatan konsolidasi antara lain adalah menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang dan terserang hama penyakit serta menegakkan pohon yang tumbang dengan cara menimbun tanah disekitar pangkal batang dan dipadatkan sehingga tanaman tegak kembali. Konsolidasi pokok ini dilakukan pada umur TBM I dan TBM III jika terlambat sulit untuk diperbaiki karena batang tanaman sudah besar.

b.   Penyisipan
Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau kerdil sehingga diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi pada areal TBM tanaman yang perlu disisip pada masa TBM I sampai III setiap satu bulan sekali, dan setelah TBM III penyisipan cukup dilakukan setiap satu tahun sekali.

c.    Garuk Piring
Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat disekitar tanaman kelapa sawit, gulma digaruk dengan menggunakan cangkul, dengan radius 1 meter dari pangkal batang. piringan harus bebas dari gulma untuk menghindari persaingan dalam penyerapan unsur hara antara gulma dengan tanaman kelapa sawit. Rotasi garuk piringan ini dilakukan setiap satu bulan sekali.

d.   Teras Individu atau Tapak Kuda
Pembuatan teras tapak kuda tepat pada pancang tanaman mula-mula tanah dibebeskan dari humus, tunggul dan kayu-kayuan. Tanah galian disusun untuk tanah bagian yang ditimbun, sedangkan tanah yang agak miring dicangkul dan diratakan dengan sudut kemiringan 10°-15° kemudian dibuat benteng kecil dipinggir tanah timbunan tersebut.
Teras tapak kuda dibuat pada bagian permukaan tanah yang memiliki kecuraman atau kemiringan yang tinggi. Adapun tujuan dibuatnya tapak kuda adalah apabila pada saat pemupukan unsur hara tidak langsung tercuci tetapi tetap berada dalam piringan atau tapak kuda tersebut. Tapak kuda dibuat pada areal TBM I ( tanaman ulang). Pemeliharaan pada tahap awal diperlukan pemeriksaan yang teratur untuk memperbaiki tapak kuda yang rusak, dan rehabilitasi selanjutnya dilakukan setiap satu tahun sekali.
e.    Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah (Leguminosa cover crop), sangat baik untuk mengurangi erosi permukaan tanah, memperbaiki aerasi, menjaga kelembaban tanah dan menambah bahan organik serta cadangan unsur hara. Akar tanaman kacangan dapat memfiksasi nitrogen dan juga dapat mencegah pertumbuhan gulma. Jika tanaman telah menutupi areal dengan sempurna maka akan menghemat biaya penyiangan gulma dan tanaman kelapa sawit dapat terhindar dari serangan hama kumbang oryctes.

f.     Kastrasi
Kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas 1 umur 14 bulan, dan kelas 2 atau seterusnya umur 18 bulan, kegiatan kastrasi meliputi :
1)   Membuang bunga betina dan jantan menggunakan dodos ukuran maksimal 8 cm dan disusun di gawangan mati.
2)   Pada saat dimulai kastrasi dibulan ke 14 dan 18, maka kegiatan kastrasi bunga betina yang ada dipohon non produktif tidak dibuang.
3)   Kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang karena akan digunakan sebagai media pengembangan Elaidobius kamerunikus.
4)   Pada tanah kelas 1 rotasi dimulai pada umur 14 dan diakhiri pada umur 20 bulan dan tidak ada pemotongan pelepah segar pada kastrasi.

g.    Sanitasi
Sanitasi dilakukan untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi buah yang baik pada saat mulai memanen yang dilakukan 3 atau 4 bulan sebelum panen pertama  dimulai.
Kegiatan sanitasi mencakup :
1)   Membuang tandan partenocarpy dan tandan busuk terutama yang diserang tirathaba, tandan tersebut harus diletakan digawangan mati.
2)   Membuang semua pelepah kering pada pangkal pohon dan dilarang memotong pelepah segar.
3)   Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk memudahkan pengutipan brondol 

h.   Pemupukan.                                                                                                                                  Kegiatan pemupukan pada areal TBM sangatlah penting untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan kokoh serta persiapan aktivitas pertumbuhan. Pengaruh pemupukan terhadap produksi bersifat jangka panjang dan baru akan terlihat setelah 2 sampai 3 tahun kedepan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK, yang diberikan dengan sistem tabur. 
    Jenis pemupukan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Urea diaplikasikan 1 bulan setelah penanaman dengan dosis 250 gram / pokok.
2.    KCL diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan dosis 400 gram / pokok.
3.    KIESRIT diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan dosis 300 gram / pokok.
4.    UREA diaplikasikan 4 bulan setelah penanaman dengan dosis 300 gram / pokok.
5.    TSP diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan dosis 500 gram / pokok.
6.    HGFB diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan dosis 10 gram / pokok.
7.    UREA diaplikasikan 8 bulan setelah penanaman dengan dosis 450 gram / pokok.

i.      Pemberantasan Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara Blanket, dan pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan pertumbuhan gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida yaitu : masker, sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muata bobot 15 liter air, dan kacamata.
Jenis herbisida yang diaplikasikan di kebun PT. KPC adalah sebagai berikut :
1)   Roll up  digunakan untuk lalang
2)   Starane merupakan racun kontak
3)   Rolixone digunakan untuk semprot semak
4)   Erkafuron
5)   Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.
j.     Pengendalian Hama
Hama yang mengganggu adalah hama tikus, upaya pengamatan melalui tahap sensus. Sensus dilakukan dengan sampel  10 % dari populasi tanaman, dilakukan secara regular dengan periode tiga bulan sekali, apabila hama ditemukan lebih dari 10% maka perlu dilakukan pengendalian dengan aplikasi klerat.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan rodentisida klerat dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara konservasi dilakukan dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu ( Tito alba ), pemeliharaan Tito alba dilakukan dengan memasang sarang per 15 hektar lahan.

k.   Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Pada perkebunan kelapa sawit TPH diperlukan sebagai tempat penumpukan hasil panen agar tersusun rapi di tepi jalan pengangkut sehingga mempermudah proses pengangkutan buah untuk ditransportasikan.
Standar TPH melputi :
1)   TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan areal bergelombang dan berbukit disesuaikan  dengan kondisi areal.
2)   Ukuran TPH
     -  TM I dan II 2 x 3 meter
     - TM III dan seterusnya ukuran 3 x 4 meter
3)  permukaan tanah pada TPH harus rata sehingga memudahkan menempatkan TBS (tandan buah segar).
3. Kegiatan di Areal Tanaman Menghasilkan ( TM )
a.    Babat Anak Kayu
Kegiatan Babat anak kayu / gulma di sekitar tanaman kelapa sawit, pasar pikul dan TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah terjadinya persaingan dalam mengambil unsur hara di dalam tanah.


b.   Garuk Piringan
Kegiatan membuang gulma atau sisa brondolan yang tertinggal di piringan, dengan menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti tangan manusia, piringan berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta tempat jatuhnya brondolan, dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH.

c.    Pemangkasan (Pruning)
Alat yang digunakan untuk memangkas adalah dodos, pemangkasan dilakukan pada pelepah pokok yang tingginya telah mencapai satu meter selain itu pemangkasan juga dilakukan untuk membuang pelepah yang kering, pelepah yang telah dipangkas tidak diperbolehkan dibuang disembarang tempat, tetapi harus disusun pada rumpukan. pemangkasan  tidak diperbolehkan membuang pelepah pokok yang masih muda karena pelepah tersebut masih aktif dan dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis.

d.   Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang cukup besar yaitu sekitar 40% – 60% dari total pemeliharaan. Oleh karena itu, agar tercapai hasil pemupukan yang optimal maka pupuk yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan.
Jenis pupuk yang diaplikasikan diperkebunan sawit PT. Kartika Prima Cipta Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu  yaitu Urea yang berfungsi untuk membantu proses penyuburan pada daun, MOP berfungsi untuk mempercepat proses pembuahan, dan TSP berfungsi  untuk pertumbuhan akar dan pembentukan biji, serta Kaptan  pada tanah gambut berfungsi untuk menetralisir keasaman tanah.
Pupuk yang diaplikasikan pada areal TM di divisi III  adalah pupuk TSP dengan dosis 500 gram pada tanaman berusia 3 tahun dan Urea dengan dosis 1.250 gram  pada tanaman berusia 3 tahun.


e.    Kegiatan Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit
Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang menaungi daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabang-cabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke bagian badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi.

f.     Pemberantasan Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara Blanket, dan pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan pertumbuhan gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida yaitu : masker, sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muatan bobot 15 liter air, dan kacamata.
Jenis herbisida yang digunakan  adalah sebagai berikut :
1)   Roll up  digunakan untuk lalang
2)   Starane merupakan racun kontak
3)   Rolixone digunakan untuk semprot semak
4)   Erkafuron
5)   Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.

g.    Aplikasi Pengendalian Hama Tikus dengan Klerat
Pengaplikasian tikus dengan klerat bertujuan untuk meminimalkan serangan hama tikus diperkebunan bukan membasmi hama tikus, cara yang digunakan dengan menggunakan rodentisida yang bermerek dagang Klerat (campuran lilin, beras busuk, dan warfarin/racun). Teknis pemasangan Klerat memasang Klerat harus perjaringan agar memudahkan pengontrolan pekerjaan karyawan, tiap tiap satu pohon diletakkan dipangkal batang pohon.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan rodentisida Klerat dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara konservasi dilakukan dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu (Tito alba), pemeliharaan Tito alba dilakukan dengan memasang sarang per 15 hektar lahan.


h.   Panen
            Jumlah dan mutu minyak tergantung pada tingkat kematangannya buah saat dipanen. Panen harus menghasilkan tandan  buah segar ( TBS) pada kematangan optimum. pemotongan TBS yang kurang matang akan mengakibatkan berkurangnya minyak, sedangkan TBS yang terlalu matang atau busuk akan menghasilkan minyak dengan FFA yang tinggi.
1)   Organisasi panen
                        Pemanen bertugas memotong TBS dari pohon dan mengumpulkan ke TPH sekaligus menyusun pelepah yang dipotong sedangkan Pembrondol bertugas mengutip semua brondolan dari dalam blok dan mengumpulkannya ke TPH. Pembrondol mengikuti tugasnya mengikuti pemanen. Kedua tugas ini harus dilakukan pada hari yang sama.
2)   Kebutuhan pemanen dan pembrondol
                        Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1 : 1 pada periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih sedikit dari jumlah pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai karyawan tetap (SKU).
3)   Pengaturan ancak dan rotasi panen
                        Pembagian ancak panen harus diatur agar mudah dalam pengawasan pekerjaan panen dan pengangkutan hasil. Areal panen setiap divisi harus dibagi menjadi 6 bagian ancak yang disesuaikan dengan konsep rotasi 6 hari dalam satu minggu (7 hari).
                        Areal TM harus terpanen secara keseluruhan hari senin sampai sabtu dengan rotasi 4 kali perbulan termasuk pada priode panen puncak. Apabila rotasi panen tidak dapat tercapai sesuai dengan standar, maka EM (Estate Manager) mengambil kebijakan untuk menambah tenaga panen dan pembrondol.
4)   Sistem panen
a.    Sistem Ancak Tetap
                        Sistem ancak tetap yaitu setip pemanen menanen pada areal yang sama dikerjakan secara rutin , dan pemanen harus bertanggung jawab menyelesaikan sesuai dengan luas yang ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal. Apabila pemanen tidak bekerja, maka mandor panen harus mencari penggantinya.
b.    Sistem Ancak Giring
                        Sistem ancak giring yaitu setiap pemanen memanen pada ancak panen yang telah ditetapkan setiap harinya oleh mandor panen. Pembagian areal selalu berubah disesuaikan dengan kerapatan panen dalam kehadiran pemanen.
c.    Sistem Ancak D6
                        Sistem ancak D6 yaitu ancak panen diatur dengan pusingan panen 6 hari mulai dari senin sampai sabtu (D1-D6). Pemanen dan pembrondol diawasi sesuai dengan jumlah mandoran yang ada bekerja secara serempak dalam satu blok dan seterusnya pindah ke blok berikutnya sampai selesai panen pada hari tersebut.
Gambar 2. Denah atau jadwal waktu panen menggunakan sistem ancak.

5)   Pengumpulan TBS di TPH (tempat penumpukan hasil)
Buah yang telah dipanen diletakkan dipinggir piringan arah jalan pikul dan gagang panjang harus dipotong mepet dalam bentuk “ V ” sebelum diangkut ke TPH. Buah disusun rapi di TPH dan brondolan ditumpuk sesuai dengan takaran beralaskan goni eks pupuk dipisah dengan tandan. pengawasan panen dilapangan dilakukan dan pemeriksaan yang cukup untuk pencatatan janjang yang terletak di TPH.




6)   Pengecekan buah di TPH
Setelah TBS keluar ke TPH, krani panen segera mengecek kuantitas dan kualitas TBS, kemudian krani transport kembali mengecek ulang sambil memuat TBS.
7)   Pengawasan penen di lapangan
Pengawasan panen diperlukan agar panen lebih efektif, 1 orang mandor mengawasi 20 – 30 pemanen termasuk pengutip brondol. Mandor produksi harus memastikan bahwa semua ancak yang ada dibawah pengawasannya telah dipanen dan semua brondolnya telah dikutip.






















BAB IV
PEMBAHASAN

A.  Gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan.
a.    Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi pesaing bagi tanaman utama (kelapa sawit) , sehingga keberadaannya tidak dikehendaki karena merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta dapat mengganggu kelancaran aktivitas lainnya.
b.    Gulma terdiri dari kelompok gulma rumput rumputan, gulma berdau lebar, berkayu, gulma pakisan, gulma teki tekian, gulma pisang liar dan keladi keladian, gulma bambu bambuan dan gulma air.

B.  Konsep Pengendalian Gulma.
a.    Penanganan terhadap tumbuhan pesaing tanaman utama dengan tindakan sebagai berikut :
1.) mengembangkan atau melestarikan tanaman berguna sebagai inang parasitoid dan atau predator secara terkendali (dalam batas tidak mengganggu tanaman pokok dan proses budidaya kelapa sawit).
     2.) memusnahkan gulma berbahaya.
3.) membatasi pertumbuhangulma lunak.
b.    Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu (integrated weed management) dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian meliputi cara kultur teknis , tindakan preventif, biologis, mekanis, dan kimiawi.

C.  Pengendalian Gulma di Pembibitan
Pengendalian gulma di dalam polybag dilakukan secara manual, sedangkan pengendalian gulma di luar polybag dilakukan dengan herbisida kontak antara lain parakuat dengan rotasi dengan 1 bulan sekali dan dapat dikurangi jika pelepah bibit menutupi permukaan tanah. Peningkatkan efektifitas penyemprotan dapat dilakukan dengan cara penambahan bahan parakuat.

Ujung pipa alat semprot dipasang sungkup bulat terbuat dari dari plastik agar herbisida tidak mengenai bibit. Alat semprot tidak boleh bocor. Pekerja semprot harus diawasi dengan ketat, terlatih dan menggunakan alat pelindung sesuai dengan yang dianjurkan di label kemasan produk herbisida.

D.  Pengendalian Gulma di Areal Kebun
Standar dan tindakan pengendalian gulma dimulai dari awal penanaman di TBM adalah sebagai berikut :
a.    Pembersihan piringan dilakukan dengan jarak 30 cm diluar batas kanopi daun atau sampai maksimum 180 cm dari pangkal pohon kelapa sawit , sedangkan jalan rintis dibersihkan selebar sekitar 1,2 m dilakukan setelah tanaman berumur > 6 bulan.
b.    Pengendalian secara preventif dan kultur teknis yaitu penanganan dan perawatan kacangan (1) untuk menyaingi pertumbuhan gulma.
c.    Pengendalian secara biologis yaitu mengembangkan agensia pengendali hayati gulma seperti Lalat bisul atau Cecidochares connexa merupakan hama pemakan gulma putihan atau Chromolaena odorata (2), dan Pareuchaetes pseudoinsulata (3) adalah ulat pemakan Chromolaena odorata juga, serta Actinote anteas (4) dipergunakan untuk mengendalikan Chromolaena odorata.

1

2

3

4
Gambar 3. Pengendalian gulma secara biologis.

d.   Pelestarian tanaman berguna
Beberapa jenis tanaman yang berguna sebagai inang imago parasitoid dan atau predator hama kelapa sawit yang tumbuh di lapang perlu dilestarikan karena bermanfaat untuk mendukung perkembangan musuh alami hama tanaman kelapa sawit dan berfungsi sebagai penutup tanah alami.

e.    Perawatan secara mekanis .
Salah satu pilihan adalah dengan meggunakan Rotary Slasher untuk perawatan jalan panen di daerah datar yang memungkinkan masuk alat tersebut pada saat tanaman TBM 2.
Gambar 4. Pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan alat Rotary Slasher.

f.     Pengendalian Secara Kimia.
Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan adalah sebagai berikut :
1). Tanaman umur < 12 bulan menggunakan herbisida kontak.
2). Tanaman umur > 11 bulan menggunakan herbisida sistemik dan kontak.
Pada penyemprotan di jalan rintis dan gawangan dapat menggunakan herbisida kontak atau sistemik sesuai gulma yang menjadi sasaran (target).


g.    Pengendalian gulma berkayu.
Pengendalian gulma berkayu menggunakan herbisida dengan campuran triklopir 1 liter dengan surfaktan 0,15 liter per ha blanket. Semprot ulang secara selektif tumbuh tumbuhan yang masih belum terkendali dengan campuran herbisida yang sama  3-4 bulan setelah rotasi pertama.
Pengendalian gulma berkayu keras yang terpencar dapat dilakukan dengan membabat atau memotong bagian atas pohon dan dilanjutkan dengan mengoleskan campuran triklopir + solar (konsentrasi 5%) pada sekeliling pangkal batang selebar sekitar 2 cm dan pada ketinggian 30 cm dari tanah.







                                               





V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.    Banyaknya tenaga kerja P.T Kartika Prima Cipta yang belum memenuhi standar menejemen kebun terutama pada bidang teknis budidaya yang terkait pada pengendalian gulma dengan herbisida dikarenakan kurangnya pengawasan yang disertai kondisi lahan yang belum sesuai.
2.    Perbedaan antara pelaksanaan teknis lapangan dengan standarisasi pelaksanaan yang ada pada panduan dan Budget sehingga menyebabkan  kurangnya efektifitas pekerjaan yang mengakibatkan pengendalian gulma tidak dapat dilakukan secara optimal.
3.    Pengendalian gulma menjadi lebih lama dan biaya operasional yang dikeluarkan menjadi lebih banyak tetapi hasil yang didapatkan masih belum sesuai.
4.    Segala kegiatan yang berhubungan dengan pemanenan dan perawatan lainnya  menjadi ikut terhambat dan akhirnya mengurangi produktivitas dan pendapatan kebun dari hasil panennya yang tidak maksimal.
B. SARAN
1.    Sebaiknya jumlah transportasi untuk penganngkutan hasil panen lebih dimaksimalkan.
2.    Hendaknya diupayakan pembersihan jalan panen sehingga mempermudah pelaksanaan perawatan dan pemanenan hasil produksi.
3.    Hendaknya pengawasan terhadap tenaga kerja dioptimalkan
4.    Mahasiswa magang hendaknya dibekali dengan panduan magang dari pihak Fakultas untuk mempermudah mahasiswa magang di lapangan.



DAFTAR PUSTAKA
Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko, 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sukamto,H., 2011 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.












LAMPIRAN I. Peta kecamatan Semitau dan Suhaid





       LAMPIRAN II. Peta kecamatan Semitau dan Suhaid

LAMPIRAN III. Surat Keterangan Jalan


LAMPIRAN  IV. Dokumentasi Kegiatan Magang di PT. KPC Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu
Gambar 1. Lahan plasma milik masyarat di PT. KPC Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.

Gambar 2. Apllikasi herbisida di lahan berbukit hanya menggunakan tong air sebagai sumber utama penyuplai air namun persediaan air yang ada tidak memadai sehingga para karyawan kesulitan dalam memperoleh air untuk melakukan penyemprotan gulma di daerah berbukit.
Gambar 3. Pembuatan patok TPH pada areal kebun yang siap dipanen untuk mempermudah karyawan dalam meletakkan tandan buah yang sudah dipanen.
Gambar 4. Penyusunan tandan buah yang sudah dipanen sesuai dengan patok TPH yang telah ditentukan dan pengawasan lansung oleh mandor panen di divisi III PT. KPC Kecamatan Suhaid.
Gambar 5. Tanaman abnormal tumbang akibat penanaman di lahan gambut dengan jarak tanam yang terlalu dekat dengan parit sekunder di divisi III PT. KPC Kecamatan Suhaid.
Gambar 6. Tandan buah menghasilkan  (TBM)  yang tidak dipanen, jika dibiarkan terlalu lama akan mebusuk dan menjadi inang hama dan penyakit tanaman.
 
Gambar 7. Dokumentasi mahasiswa magang Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura bersama Asisten Kepala kebun kelapa sawit  di PT. KPC Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.

2 opmerkings:

  1. salam bro thank info contoh laporanya sangat membantu bagi saya yg belum pernah magang karna say tidak mengerti cara magang yg benar heheheh thnks salam hijau alam

    AntwoordVee uit
  2. Why does bingo make money | WorkMake
    The 대전광역 출장샵 difference in the odds is that you 남양주 출장안마 win the 세종특별자치 출장안마 prize money หาเงินออนไลน์ you bet, not just a random number. You can 영주 출장샵 find a better example in this article and the

    AntwoordVee uit